Di tengah perkembangan media berita disertai dengan adanya
perubahan-perubahan sosial yang disaksikan oleh alam, demikian pula
perkembangan dan perubahan yang beraneka ragam pada sisi kehidupan, maka
muncullah fenomena sosial yang berbahaya… fenomena “isu”, yaitu tersiarnya dan
tersebarnya berita yang tidak valid di tengah masyarakat dan
individu-individu
tanpa sandaran kebenaran yang jelas, akan tetapi hanya bersandar kepada
penukilan semata dalam kondisi yang tidak jelas, rancu, dan penuh keraguan.
Maka mengakibatkan munculnya ketakutan di kalangan masyarakat serta
keguncangan, yang tentunya mengakibatkan dampak yang buruk bagi individu dan
masyarakat.
Sebagai anak bangsa, kita
dituntut untuk dapat memilih dan memilah berita yang kita baca dan kita dengar sebelum
kita menyebarkannya. Dengan maraknya berita bohong, sebelum menyebarkan kita
harus mencari informasi tentang kebenaran dari berita tersebut. Kadang kita
mendapat chat yang berisi suatu berita melalui Whatsapp, atau berita dari mulut
kemulut tanpa tau sumber dan referensi yang sebenarnya tanpa berpikir panjang kita langsung saja
menyebarkannya.
Padahal, belum
tentu berita itu benar atau tidak. Apalagi dalam agama apapun, kita dilarang
untuk menyebarkan suatu kebohongan. Karena bohong merupakan sifat tercela. Dari
kasus ini kita bisa belajar bahwa informasi sangatlah penting, dan kita harus
pintar-pintar menerima informasi yang sampai kepada kita.
Berita hoax atau berita
bohong harus dilawan bersama-sama. Setiap elemen masyarakat harus mencegah
terjadinya berita bohong. Kita harus sadar bahwa berita bohong tidak ada gunanya
dan menyesatan banyak orang. Jika kita sadar bahwa berita bohong itu sangat
tidak baik dan menimbulkan masalah. Maka kita pasti tidak akan menyebarkan
berita hoax.
Kita harus sadar
bahwa berita bohong tidak ada gunanya dan justru menyesatkan. Mari bersama-sama
stop hoax sekarang juga.
Dari semua faktor-faktor
yang menjadi penyebab utama beredarnya berita hoax dapat kita simpulkan bahwa
sebenarnya faktor utama orang-orang mudah dikelabuhi adalah ego seseorang itu
sendiri. Ini terbukti bahwa masyarakat masih sangat mengedepankan egonya
masing-masing. Dan orang-orang yang mengedepankan egonya cenderung tidak
sabaran dalam menyikapi berita yang ada di hadapan mereka. Mereka dengan
mudahnya terpengaruh dengan isu-isu atau berita yang provokatif, bahkan
seringkali mereka hanya membaca judulnya saja tanpa mendalami konten yang
disediakan. Lebih parahnya lagi hanya mendengar isu-isu yang tidak pasti akan kebenarnnya.
Beberapa orang akan sangat
"excited" jika mendapatkan informasi yang dia sukai, hingga langsung
membagikan tanpa mendalami detail informasi terlebih dahulu.
No comments:
Post a Comment